Laman

Kamis, 06 September 2012

Purnama buat Oshin

"Terima Kasih" ucapku riang Senyum 12 tahunku terkembang sempurna, kuhadiahkan khusus untuk laki-laki tegap yang berdiri tepat dihadapanku. Senyumnya tak kalah sumringah membalas senyumanku. Hmmm ... Senangnya, seakan laki-laki itu paham betul kebahagian yang membuncah dibalik hati dan berdegub di jantung kecilku. Langkahku bergegas, menghilang dibalik pintu. Padahal, dia satu-satunya laki-laki yang hampir sebulan penuh ku nanti-nanti kedatangannya. Aku semakin bergegas, ingin segera membuka amplop ungu bergambar sejenis anime yang baru saja ku terima dari laki-laki itu. Pak Pos :)   Surat pertamaku dari seorang teman. Oshin.
 
***   Oshin, Menjadi temanmu adalah indah. Seindah simfoni musim salju, dingin, putih, beraroma syrup segar kesukaanku. Seindah bulir-bulirnya yang turun di pucuk-pucuk sakura yang merona kemerahan. Seindah Purnama yang selalu sempurna membagi cahayanya, lalu cahayanya menjelma jauh lebih menawan, menghantarkanmu pada sebuah gelar dihatiku "Sahabat".   Sepuluh tahun yang lalu, ku kenal dia dari sepotong alamat yang kudapat dari Amie, salah satu partner terbaikku dalam arena "Nyemplung Got" disepanjang komplek rumah kami. Dia kerabat jauh Oshin. Dan sejak hari itu, pak pos menjadi laki-laki yang selalu ku tunggu-tunggu di depan pintu.   Kertas menjadi mediasi kami bercerita, tentang apa saja. Tentang pantun-pantun manisnya sampai celoteh gak jelas khas anak-anak. Kami masih satu provisni Kalimantan timur, aku di Samarinda dan oshin di hulu Mahakam, Muara kaman. langkah kecil kami terlalu lemah untuk menerobos belantara yang membentang. Kami berdua sama-sama hobby korespondensi, dan dia orang pertama yang mengajarkanku tentang indahnya memiliki sahabat dilain tempat, tak terlihat mata tapi sebenarnya dirasa.   Sampai suatu hari, aku menunggu surat balasan darinya. Seminggu aku setia menunggu, dua mingga aku mulai belajar arti sabar, empat minggu aku masih bersabar, tapi ternyata sampai bilangan bulan tak ada juga surat balasan yang datang. Kenapa?? Kenapa dia tak lagi membalas suratku?? Apa aku sudah tak layak menjadi sahabatnya?? Aku merasa diabaikan. Pikiran kekanak-kanakanku dilumuri banyak Tanya. Hingga hari ini, aku sudah tidak lagi menunggu surat balasan darinya.   Padahal aku ingin merangkai kisah kami tahun demi tahun, dan melanjutkannya di account Facebook, Twiter, dll seiring usia kami terus bertambah. Lalu aku akan memperkenalkannya pada kalian, pasti dia akan menjadi teman yang menyenangkan :) Seperti purnama dia begitu indah, meski cerita kami tidak bertahan lama.   Tapi ... ya sudahlah.   Aku berusaha tidak kesal. Sungguh, dimanapun dia, dia tetap sahabatku, karena tak seharusnya setitik praduga menghapus sejuta cerita indah yang lalu. Aku juga tidak marah, karena seorang sahabat yang baik akan selalu menyiapakan kantong-kantong maaf untuk sahabatnya. Tapi jujur, aku sedih.   Kami tidak pernah bertemu, rautnya sering kugambarkan seperti tokoh jepang Shin tanokura, berkimono, dengan pipi bersemu kemerahan. Dulu diantara kertas-kertas itu, aku membangun harapku bertemu dengannya, berharap agar wajah Shin tanokura tak muncul lagi saat aku mengingatnya dan berganti dengan wajah aslinya.   Tapi hari itu, selang hitungan bulan sejak tak lagi kuterima surat balasan darinya, harapku runtuh, Pradugaku terjawab. Dan sejak hari itu aku tidak mungkin lagi bertemu dengannya, kecuali di sebuah tempat yang jauh lebih indah dibanding dunia. Aliran darahnya lemah dan makin melemah sampai terhenti, lalu detak jantung Oshin pun ikut berhenti.  innalilahi Wainnailaihi Rojiun.   Amie yang datang membawa cerita, karena Oshin tidak pernah mengungkit sakitnya dalam kisah-kisah kami. Aku sempat tidak percaya bahwa penyakit usus buntu dapat menghilangkan nyawanya, sakitnya berkelanjutan setelah operasi, bukankah itu operasi ringan?. Ah, otak kecilku tak mampu berpikir jauh saat itu, tapi tak ada yang bisa disalahkan. Bukankah semua sudah menjadi ketentuan Allah.   Saat mendengar kabar itu, hatiku Luruh runtuh diantara air mata yang ku sembunyikan di saku baju dan pojok kamarku, dari balik sujud kurangkai doa khusus untuknya, semoga Allah memberinya cahaya sesempurna purnama dan menempatkannya di tempat terindah di surga-Nya. Amien.   Memorian Of "Alm. Oshin Purnama "

Tidak ada komentar: