Laman

Kamis, 06 September 2012

Puzzel Pelangi

Pelangi memberi arti tersendiri dalam hidupku. Setiap dia datang, selalu saja mencuri bagian terbesar dalam fokus pehatianku, seolah ada magnet yang menyalakan denting irama di hati, untuk menarik dua garis dari sudut bibir di wajah, tanpa bisa aku menghindari. Bait-bait warnanya menjelma menjadi rentetan syair yang terus mengalun hingga pori-pori hidupku yang kadang terasa kelu. Meskipun sebelumnya, aku harus di hadapkan pada Badai yang sering kali menakutkan, tapi aku yakin dapat melewatinya, karena di ujung sana, pelangi selalu setia menungguku.
Menjalani Hidup seperti merangkai sebuah Puzzel, dan hidupku umpama merangkai Puzzel pelangi, setiap sisi mewakili suatu arti. Seperti sisi Merahku. Betapa tidak mudah melewatinya, nafasku sering tersengkal, nadiku berdetak lebih cepat dari seharusnya, dan bebannya terasa menyesak seperti paru-paru yang kehilangan udara. Sakit, miris saat rumah tak layak lagi di sebut rumah, nyaris tanpa senyuman. Saat nasib suram harus bertekuk lutut di bawah takdir. Saat kata tak lagi ada makna. Saat angan-angan di renggut paksa oleh kekurangan. Saat Hidup tak lagi memberi pilihan selain diam dan semuanya harus di lewati oleh kaki mungil yang belum lagi kuat menginjak bumi. Ya Allah .. Hanya kepada-Mu tempat terindah untuk mengadu. Tapi hidup harus berlanjut, tak selamanya Merah selalu Merah, Merah bisa menjadi Biru, dan perjuangan itu di mulai dari sisi Biruku, senada dengan warna rok yang kala itu aku kenakan. Aku memulainya, dengan belajar mencintai hidupku, apapun warna dan kondisinya. Karena ternyata, semua akan terasa ringan saat di lewati dengan cinta. Seperti saat melewati birunya laut, ia dapat menjadi srigala laut berwajah masam, yang tak henti-hentinya mengobok-obok isi perut karena mabuk laut, tapi ia juga bisa menjadi panorama laut yang begitu menakjubkan, yang debur ombaknya menjelma nyanyian pantai yang mendendangkan syair-syair kenangan. Ada pilihan dalam hidup yang harus kita pilih, terkubang dalam penyesalan dan ketidakpuasan atau kesyukuran dan kesabaran dalam menerima apapun takdir dari-Nya. Bersiaplah kecewa jika menggantungkan harapan pada manusia, karena itu berharaplah pada-Nya dengan meminta. Aku belajar meyakini dan ku hujamkan kuat ke dadaku, agar semakin kokoh keyakinanku pada takdir-Nya. Aku mulai lagi dengan warna yang baru, sisi abu-abuku. Ternyata tidak mudah di dua warna. Diantara Hitam dan putih. Bagiku hitam berarti gambaran dari sesuatu yang tidak begitu aku inginkan, dan putih adalah angan-angan panjang yang menguras rongga pikir untuk diwujudkan. Pada sisi ini begitu panjang aku merentangkan benang putih untuk ku jalin sulaman dan begitu besar kutimbun pasir putih membentuk megahnya istana putri raja, tapi aku terhempas, bahkan berkali-kali. Tidak mudah untuk bangkit, tapi aku harus bangkit. Kekuatan untuk bangkit itu tidak akan di temukan pada kata-kata penyemangat dari orang lain, tidak pada gelombang motivasi dari motivator terhebat sekalipun, kekuatan itu tidak akan di temukan, jika tidak ada niat untuk bangkit, tapi kekuatan itu ada pada satu jiwa yang tenang, pada satu jiwa yang mau menerima, dan jiwa itu ada dalam diri. Karena Dia adalah sebaik-baik penulis sekenario takdir. Takdir-Nya tak pernah salah, kalau saja kita mau menyelaminya lagi lebih dalam. Kulukis satu warna lagi dalam hidup, sisi hijauku. Warna yang menjadi icon tempatku menuntut ilmu pada level maha. Awalnya kukira hidup akan terasa indah jika hanya di penuhi dengan warna biru yang nyaman tanpa merah, hitam atau warna yang lain, tapi ternyata hidup akan hambar, bagaimana bisa pelangi akan terlihat indah, jika hanya ada satu warna disana. Kadang jawaban terasa lama, padahal mulut hampir berbuih mengucap doa. Sisi jinggaku, mulai berbicara. Aku tak pernah tau, kemana Takdir akan membawaku, semua terasa sia-sia, usaha dan doa sudah ku gandengkan, tapi endingnya, tak jua ada bintang yang jatuh tepat di depan. Allah tidak tidur, tapi sedang menunggu waktu yang tepat, karena ke Maha sempurnaan-Nya dalam menggoreskan takdir hamba-hamba-Nya. Aku mulai mengerti bahwa Dialah sebaik pengatur, apa yang menurut kita baik belum tentu baik, tapi apa yang terbaik dari-Nya itulah yang terbaik untuk kita, karena nalar hati dan pandangan kita terlalu sempit dan Dialah yang maha tau segalanya. Hmmmm ... sudah banyak warna yang ku susun, suatu hari nanti, puzzle itu akan membentuk pelangi yang utuh. Oya ... ada yang lupa aku susun, sengaja tidak kuletakkan di awal, karena aku ingin merasakannya, indah pada waktunya. Sisi merah jambuku. Eeeeee ..... Kenapa tiba-tiba aku kehabisan kata, karakter juga menghilang, Diksi ... Oh ... kemanakah dia. Jika belum waktunya bicara, cukup bisikan saja di telingaku, aku akan diam, dan kita saja yang tau, karena aku yakin, Allah telah menyiapkan ksatria terbaik untukku. - SMD, 21 Nov 2010 -

Tidak ada komentar: