Laman

Kamis, 06 September 2012

Memoar 2010: Metamorfosa

..............................  Aku pengen bermanja-manja lagi, pengen di omelin lagi karena malas, pengen di traktir di warung Arema , pengen di ajak muter-muter Samarinda, pengen ngumpul bareng, pengen ngobrol sampe larut malam sambil cekikikan. Semua sibuk dengan dunianya.  Aku sendirian ...  Aku sendirian ... hikz ..  Atau ... Biar aku pergi aja sekalian: ( 
(Diary, 1 Januari 2010) Heee ... Aku tersipu membaca segerombolan kata disalah satu halaman buku favoritku, ternyata itu yang kutulis sekitar setahun yang lalu diantara gerimis. Saat satu persatu, Ksatriaku menemukan bidadarinya. Aku cemburu. Hehehe .. Sampai beberapa menit aku masih saja tersipu :) Taukah kawan??? Aku jadi berpikir, Mungkin pada saat tinta penaku belum juga mengering, ada malaikat-malaikat yang turun mengaminkan kata-kataku. Karena, beberapa hari setelah kusimpan rapi tulisanku, panggilan kerja datang mengejutkan, Aku benar-benar harus pergi mengubur kesendirian dengan kesendirian di kota yang baru aku dengar namanya "Sendawar" Jika takdir itu telah menggores, Metamorfosa rasa takut menjadi Cinta Meskipun, malam itu jemariku ringan menuliskan: "Atau ... Biar aku pergi saja sekalian" sesungguhnya aku ingin tetap disini, tapi ... takdir harus segera aku jalani. Fhuh ... tak terbayangkan, hidup jauh dari orang-orang yang ku sayang. Tak ada lagi, sedikit-sedikit "brooooo ....", tak ada lagi rengekan manja minta di temani "takuttt", semua harus aku jalani sendiri, Tapi ... ternyata disanalah aku belajar memetamorfosa kata sendiri menjadi kata mandiri, memetamorfosa rasa takut menjadi rasa cinta. Karena perubahan harus dibangun, bukan dengan ditunggu menopang dagu. Saat episode hidup seolah tak dapat lagi di lobi, yakinlah .. Sekenario-Nya lah yang terbaik Tiga bulan pertama dikota baru, sama seperti gelisahnya malam yang merindukan fajar. Menganggap fajar lebih menawan dengan simfoni embun dan mentari. Padahal, malam tak kalah menawan, ada aura keheningan diantara pusara bulan dan bintang, apalagi jika ditambah aroma romantis :) Hingga akhirnya, apapun hasilnya, ikhlas akan datang bersama fajar. Hingga tak lagi menganggap diri paling merana, dan menilai sekenario orang lain lebih sempurna . Karena di luar sana, banyak yang jauh di bawah kita, masih banyak yang tak seberuntung kita tapi mereka masih mampu bersuara "Aku Bahagia". Belajarlah mencintai hidup apapun wujudnya, Hingga syukur itu akan mudah terucap   tiga bulan terakhir menjelang 2011, aku terus belajar mencintai hidupku . Terus bertarung mengeksekusi rasa takut, khawatir, sedih, lemah, gelisah dan sepi. Berharap Allah berkenan menyematkan rasa cinta itu didada, agar syukur itu tak sekedar kata tapi juga merasuk kedalam jiwa. Allah ingin melihat seberapa kuat kaki manjaku mampu tegak berdiri, Allah ingin melihat seberapa sanggup mata cengengku menghalau gerimis, Allah ingin melihat seberapa lama aku dapat menghalau kelemahan mentalku, Allah ingin melihat seberapa mampu aku melakukan metamorfosa diri kearah kebaikan, tak hanya retorika tapi realita. Hingga hari ini aku terus bertarung, Meski aku tak tau akan seperti apa akhirnya, tapi aku berharap ada ulatku akan keluar dari kepompong, membentuk dua sayap indah untukku terbang sebagai kupu-kupu. .................................. Ah ... Ternyata, genap setahun aku menjalaninya. Inilah nikmatnya mengabadikan cerita lewat karakter. Merangkai kata di tiap lembar prosa 1 Januari 2012, kisah ini yang akan lagi kubaca. Tanpa takut lupa. Piet_Han Samarinda, 1 Januari 2011.

Tidak ada komentar: