Laman

Kamis, 24 Juni 2010

Cerpen : Hadian Untuk Surah Ar Rahman


“Itu namanya udah kepengen kawin bu” Elyas terkekeh sambil terus menyuapkan nasi ke dalam mulutnya. Asin, fikirnya. tapi tetap dia telan dengan paksa.
“Ye..namanya juga baru belajar. Ia kan bu?” Syifa, adik semata wayang Elyas berteriak dari arah dapur, meminta pembelaan pada sang ibu. Ibu hanya terseyum, sambil menuangkan nasi ke piring Ayah.
Hari minggu yang cerah. Sejak pagi syifa sudah sibuk di dapur, belajar masak. Kejadian langka neh. Biasanya gadis manis berkulit sawo matang ini lebih suka di suruh menghafal seluruh isi diktat kuliahnya dari pada harus berkutat dengan berbagai macam bumbu-bumbu dapur yang dia masih bingung membedakan antara kencur, lengkuas dan jahe, tapi kalau kunyit dia tahu, Syifa bilang pokoknya yang berwana kuning itulah kunyit.hehe..
Karena ini kejadian langka, maka ibu merelakan anak paling cantiknya itu bereksperimen di dapur dan menghentikan sementara aktivitasnya. Hasilnya tidak terlalu mengecewakan. Sup Ayam Asin, Asinan Tempe hangus, Plus sambal garam spesial. Yang penting masih bisa di makan, begitu kata ibunya. Karena ingin menghargai jerih payah Syifa, ibu mengharuskan semua anggota keluarga termasuk Ayah untuk tetap menyantap hasil masakan Syifa, tanpa boleh melirik sedikit pun ke arah nasi pecel di warung sebelah.
”Beneran kamu mau cepat kawin fa, emang udah ada calonnya?” Tanya Ayah ikut menggoda. Elyas makin terkekeh.
”Iih...Ayah. Bang El tuh sembarangan” Syifa mendengus meletakkan Asinan tempe terakhir yang kali ini tidak terlalu hangus ke piring di atas meja.
”Mana ada Yah, Ikhwan yang mau makan Asinan tiap hari” Goda abangnya lagi. Syifa sudah hendak mendaratkan sendok kecil ke arah Elyas tapi buru-buru di cegah oleh ibunya. ”Udah El, jangan godain adiknya terus.” Ucap ibu melerai ocehan kedua buah hatinya itu. Elyas hanya tertawa tapi segera berhenti menggoda adiknya. Mana berani dia menentang wanita yang paling dia cintai itu. Bisa di kutuk jadi lemper nanti.
Elyas anak sulung di keluarga Faturrachman, nama lengkapnya Elyas Ridho Faturrachman, 2 minggu yang lalu dia baru menuntaskan skripsinya di FKIP Matematika Universitas Mulawarman. Selain Pintar, Elyas memiliki sifat yang santun, kata ibunya dari kecil dia memang bercita-cinta menjadi pendidik karena itu dia masuk di jurusan FKIP. Tanda Hitam di jidatnya semakin menunjukkan aura rendah hati dan kebersahajaan, tak heran kalau dia menjadi pentor paling favorit di Praktikum Agama Islam.
Anak laki-laki yang sangat di banggakan sang Ayah, apalagi kalau ada yang menanyakan kabarnya di rapat RT, sudah dapat di tebak Ayah akan bercerita panjang lebar tentang Elyas. Begitupun dengan Syifa, dia sangat mengidolakan sang Abang. Meskipun kadang ngebuat Syifa keki dengan godaannya, tapi dia tetap Abang nomor satu di hati Syifa, karena memang Cuma dia abang satu-satunya. Hehe...
Syifa anak terakhir dan paling di manja di keluarga Faturrachman, tak heran kalau kelakuannya kadang suka kekanak kanakan. Tapi di satu sisi dia gadis yang maskulin, terbukti dengan bergabungnya dia di bela diri Tifan. Selain itu dia juga tidak mau kalah dengan aktivitas Bang El yang seabrek, sejak di dorong-dorong oleh abangnya untuk aktif ikut pengajian, sejak itu pula dia menenggelamkan diri di aktivitas dakwah, belajar beramar ma’ruf nahi mungkar katanya.
Syifa mahasiswa semester 6 Fakultas Kedokteran di kampus yang sama dengan abangnya. Ketika di tanya kenapa dia memilih Fakultas kedokteran, dia bilang ”Biar Syifa bisa nyuntik Bang El” Ucap gadis dengan nama lengkap As Syifa Faturracham itu.
Sebuah keluarga yang tetap bersahaja meskipun Ayahnya adalah seorang pemilik beberapa supermarket yang tersebar di Samarinda. Sang Ibu yang penuh kelembutan selalu menjadi cahaya di tengah keluarga, setahun yang lalu, Elyas dan Syifa berhasil membujuk Ibunya untuk mengenakan jilbab menutup aurat, dan beliau benar-benar terlihat lebih cantik.
****
”Bang Eeeeellllll” Syifa berteriak histeris, saat dia mendengar suara Mobil memasuki bagasi di samping rumahnya. Sebuah Mobil Avansa Silver, hadiah dari Ayah untuk gelar S1 yang baru Elyas sandang.
”Akhwat kok teriaknya ngalahin suara Bom di Palestin” Ucap Elyas Hiperbola menghampiri adik manisnya yang telah menyambutnya dengan senyuman di ambang pintu.
”Bang, mana hadiahnya?” Tanya Syifa setelah abangnya duduk manis di sofa ruang tengah. Elyas hanya melongo tidak mengerti.
”Hadiah opo?”
”Bang El kan udah janji kalau fa berhasil ngafal surah Ar-Rahman, Bang El mau ngasih Hadiah buat fa” Mata Syifa berbinar-binar. Memang sekitar sebulan yang lalu, Elyas sempat menyamangati Syifa untuk menambah hafalan Al Qur’annya yang sempat ngadat. ”Kalau Syifa berhasil ngafal surah Ar–Raman beserta artinya, Abang kasih hadiah” Ucapnya kala itu, menantang adiknya untuk menghafal surah favoritnya yang berjumlah 78 ayat. Karena itu Syifa bersemangat menghafal surah Ar-Rahman, Hadiah Cuma penyemangat tapi Niat tetap Allah semata.
”Ooo...Jadi Udah hafal neh ceritanya” Jawab Elyas setelah mengerti. Syifa hanya mengangguk-anggukan kepalanya pasti. ”Yakin?” Lanjut Elyas seolah kurang yakin, Syifa makin menganggukkan kepalanya.
”Kalau ternyata belum hafal semua, Hadiahnya Hangus ya?”
”Iaaaaa” Jawab Syifa penuh keyakinan.
”Oke.. kalau gitu coba bacain buat abang sekarang, sama artinya ya” Elyas bersiap-siap mendengar. ”Oke” Jawab Syifa cepat.
”Bismillahirrahmanirrohim... Ar Rohman, Allah Yang Maha Pengasih,” Syifa mulai memperdengarkan hafalannya.
” ’allamalQur’an, yang telah mengajarkan Al Qur’an,.........” Ayat demi ayat surah Ar-Rahman beserta Artinya mengalir ringan dari bibir Syifa, dengan seksama Elyas mendengarkan. Dia tidak perlu lagi membuka Al Qur’an karena surah itu sudah sering di ulang-ulangnya dalam sholat.
”Fabiayyiaalaaaairobbikumatukadzibaan, maka Nikmat Tuhanmu yang manakah yang engkau dustakan?” Syifa telah sampai di ayat ke 71. Elyas semakin mengangguk-anggukan kepalanya pelan. Sampai di ayat ke 78 Syifa sukses mengakhiri hafalannya dengan senyuman kemenangan.
”Mana Hadiahnya?” Tagih Syifa mengulurkan tangannya, memainkan jari-jari lentiknya setelah sukses memuaskan Elyas dengan Hafalannya.
”Ye, masa ngafal minta imbalan, pahalanya berkurang loh” Jawab Elyas sambil menakut-nakuti adiknya.
”Yah..Bang El, mau ingkar janji ya? Niat fa Tulus Lillahita’ala, tapi kalau ada hadianya kan lebih bagus” Rengek Syifa, manjanya keluar. Hahaha... Elyas hanya tertawa melihat tingkah manja adiknya.
”Kenapa Hafalnya sekarang seh, kenapa gak bulan depan aja”
”Lah..kalau sekarang emang kenapa?” Kening Syifa jadi berkerut.
”Uang Bang El udah Habis buat up grade Labtop” Elyas memamerkan deretan gigi putihnya kepada Syifa.
”Yaaaa....Pokoknya gak mau tau. fa Minta Hadiah” Syifa makin merengek memasang wajah cemberut. Elyas jadi makin tertawa sekaligus bingung, uang di kantongnya tinggal 10 ribu perak padahal baru awal bulan. Elyas jadi garuk-garuk kepala sendiri. Kalau Syifa sudah ada maunya harus di turutin kalau gak mau melihat wajah adiknya itu berlipat-lipat cemberut sampai yang dia inginkan tercapai.
”Hadiah..”
”Emmmm....” Elyas terus berfikir tangannya dia lipat menyilang di dadanya, Syifa duduk di hadapan Elyas dengan kedua kaki ikut naik ke atas sofa. Kira-kira apa yang bisa dia kasih sebagai hadiah buat Syifa dengan uang 10 ribu perak. Syifa masih memandang wajah abangnya penuh harap. Tiba-tiba Elyas semakin merapatkan duduknya pada Syifa dan ”Emmuach” Elyas mengecup lembut dahi Syifa.
”Itu Hadiahnya, Ciuman Spesial dari Abang yang paling ganteng” Ucap Elyas memamerkan giginya yang makin terpampang. Hihihi... Syifa jadi makin cemberut.
”Iiih... Gak mau. Pokoknya Hadiah..Hadiah” Syifa mengelap ciuman Elyas di dahinya. lalu menyerang pinggang Elyas dengan gelitikan. Elyas jadi kegelian sambil berteriak-teriak minta ampun. Jurus andalan Syifa nih kalau lagi ngadapin abangnya.
”Ia..Ia..Ampun..Ampun”
”Itu Hadiah awal dari abang” Elyas masih terus berteriak-teriak terbahak di antara gelitikan syifa..
“Untuk hadiah selanjutnya nanti ya adik abang yang paling cantik.” Kata Elyas masih terbahak setelah volume gelitikan Syifa berkurang, berusaha merayu Syifa.
”Kapan???” Tanya Syifa.
”Tahun depan gimana?” Elyas balik tanya bercanda. Mendengar itu Syifa baru saja hendak melanjutkan aksi gelitiknya tapi buru-buru di cegah oleh Elyas. ”Bulan Depan...Bulan depan...Pas Jatah bulanan Abang keluar”
”Iya deh...tapi janji ya, sebagai gantinya fa gak mau hadiah yang murahan” Jawab Syifa dengan gaya manjanya.
”Iya..adik abang yang jeleeeeeek” Elyas mencubit pipi Syifa yang makin temben karena cemberut. Syifa jadi meringis. Untung ibu segera datang melerai kalau gak Elyas bisa jalan sambil terus menggerakkan pinggangnya karena jurus andalan dari Syifa.
Rumah gak akan pernah sepi kalau ada mereka berdua.
*****




Bersambung ^-^

2 komentar:

Anonim mengatakan...

ditunggu lanjutannya...
saran : hadiahnya sang pangeran pilihan elyas aj buat syifa,,ehehhehehe

Piet mengatakan...

Hmm..Gitu ya..Boleh Juga...hehehe